Pages

Minggu, 26 Oktober 2014

RESENSI BUKU - BERJUANG DI TANAH RANTAU (TUGAS)



Resensi Buku
Oleh : Dwi Sofiana A.





             Judul                           : Berjuang di Tanah Rantau
            Penulis                          : A. Fuadi, dkk
            Penerbit                       : Bentang
            Tahun Penerbit             : 2013
            Kota Penerbit                : Yogyakarta
            Cetakan                        : Pertama
            Tebal Buku                   : XVIII + 186 Halaman
            Penyunting                     : Ikhdah Henny dan Pritameani
            Perancang Sampul          : Mega Dian Perkasa
Pemeriksa Aksara         : Intan dan Titish A.K
Penata Aksara               : Adfina Fadh

Buku ini berisi dua judul pengantar dan dua belas cerita pendek tentang perantauan yang menulis ceritanya dan terangkum dalam buku ini. Pengantar pertama berjudul  “Menembus Keterbatasan dengan Kesungguhan dan Keikhlasan” ditulis oleh Juwanna Soetomo bahwa dia sebagai pemimpin redaksi majalah Iqra di Hong Kong menuangkan ide bahwa bagaimana jika kisah perantau Indonesia di Hong Kong yang mayoritas adalah Buruh Migran Indonesia (BMI) atau bahasa merakyatnya adalah TKI akan dituliskan dan digabung dalam buku ini. Para BMI ini meluangkan waktu malamnya untuk mengurus tulisannya dan Majalah Iqra. Karena di pagi hari hingga pukul 22.00 mereka bekerja di rumah majikannya, tetapi setiap waktu tersebut digunakan seefektif mungkin. Walau hanya dua hingga empat jam waktu untuk tidur. Mereka lakukan demi ide – ide liar dan hobi mereka dalam pekerjaan ini.
“Keajaiban Merantau” pengantar yang ditulis oleh A. Fuadi ini mengajak kita untuk merantau seperti dalam syair – syair Imam Syafi’i. Dengan merantau kita dapat memperkaya peradaban, meluaskan ilmu pengetahuan, membuat kita lebih bersyukur, mencintai ilmu, memaknai kehidupan. Perantauan sejati adalah perantauan yang diiringi kepulangan kembali ke tempat asal untuk memperbaiki asalnya.
“Hadiah Terbaik” oleh Imam Maulana menceritakan dirinya yang ignin melanjutkan S-2  di Australia namun terhalang karena surat TOEFL-nya terselip tidak terkirim kepadanya. Sehingga dia tidak dapat mendaftarkan dirinya ke Australia. Dia kecewa dan tidak dapat menerimanya hingga menyalahkan Tuhan. Hingga suatu hari dibuka lamaran beasiswa ke Jerman, dia disarankan oleh kawannya untuk mendaftarkan diri. Ternyata dia diterima, semua ini sudah seperti skenario Tuhan yang melancarkan semua proses ke Jerman. Hadiah terbaik dari Tuhan memberi Jerman bukan Australia. Saat di Jerman dia dihadapi masalah belum menemukannya senyawa dari penelitiannya yang dapat memulangkannya kembali ke Indonesia. Menyerah sudah, keajaiban datang saat dia melihat penelitiannya dua bulan lalu ternyata menghasilkan senyawa baru. Hal tersebut membuat semangat kembali dan dapat meneruskan beasiswanya. Di tahun berikutnya dia menemukan senyawa yang luar biasa berbentuk laba – laba dan dipresentasikan di beberapa negara. Dia mengalami kesuksesan dan diminta untuk tugas di Australia sebagai profesor.
“Mengikhlaskan Cita – Cita Untuk Orang Tercinta” oleh Elok Holiman menceritakan dirinya yang mendengar percakapan dua wanita TKI di Hong Kong. Dua TKI tersebut bercerita tentang kehidupannya yang mengikhlaskan cita – citanya dan menjadi TKI untuk membiayai keluarga dan adik – adiknya sehingga dapat sekolah tinggi. Dia teringat perjuangan ayahnya yang ingin ke luar negeri tetapi tidak terwujud hingga wafat. Justru dia, anak dari sang ayah tersebut dapat pergi ke luar negeri. Dia menulis cerita ini untuk menyampaikan pada dua wanita TKI tersebut bahwa dia mengamini do’a wanita TKI semoga terwujud.
“Perempuan yang Menyeret  BMW di Victoria Park” oleh Sri Lestari yang menceritakan seorang temannya. Wanita yang hanya lulusan SD dapat mendedikasikan hidupnya untuk menuangkan bakat pada majalah yang dikelolanya. Dia juga seorang Buruh Migran Indonesia (BMI). Di sela – sela pekerjaannya, dia meluangkan waktu menuliskan idenya untuk majalah tersebut sehingga sukses. Hal tersebut mengajarkan bahwa kesuksesan dinilai dari seberapa berarti proses memberikan dampak positif bagi seseorang. Tidak perlu menjadi dokter bahkan presiden untuk menjadi hebat. Gali kemampuan yang membuat kita menjadi seseorang yang hebat.
“Berjuang di Ibu Kota Terdingin di Dunia” oleh Rinto Priambodo yang menceritakan dirinya  yang ingin ditugaskan ke luar negeri oleh perusahaannya. Akhirnya terwujud, dia ditugaskan ke Mongolia tepatnya Ulan Bator kota terdingin di dunia. Persiapan membawa perlengkapan musim dingin ia pinjam pada teman dan kerabat. Setiba di Ulan Bator dia sangat kedinginan. Pekerjaannya yang lakukan selama lima hari diperpanjang menjadi tujuh hari karena uji coba yang jauh dari harapan. Semangat ia dan rekannya kumpulkan untuk menyelesaikan pekerjaan akhirnya membuahkan hasil uji coba yang berhasil. Perjalanan pulang yang melelahkan membuat dirinya merasa bersyukur atas negerinya yang berada di daerah tropis. Masyarakat tidak harus repot dengan perlengkapan musim dingin yang mahal.
“Pesona Kerudung Hong Kong” oleh Anna Ilham menceritakan dirinya sebagai Buruh Migran Indonesia di Hong Kong. Berbagai pengalaman hidup ia dapatkan. Awal bekerja dia dilarang beribadah, walaupun sebenarnya sang majikan baik sekali. Dengan berjalannya waktu dia tergugah untuk berhijab walau secara diam – diam. Sebenarnya dia tidak begitu kuat imannya saat di Tanah Air, namun di Hong Kong dia mendapatkan cahaya untuk memperbaiki ibadah dan berkerudung. Dengan ragu – ragu dia memberitahu sang majikan bahwa tekad berkerudung sudah bulat akhirnya sang majikan memperbolehkan dirinya berkerudung. Kekokohan imannya dia tularkan pada keluarganya di Tanah Air.
“Dream Big Dreams” oleh Tessa Filzana Sari menceritakan dirinya yang bermimpi sekolah di luar negeri. Saat dia mengikuti tes wawancara untuk beasiswa ke luar negeri, dia sempat nge-blank. Betapa bersyukur saat pengumuman bahwa dia lolos ke Amerika. Sampai di AS, dia menerima berbagai tantangan mulai dari kuliah yang baru, keadaan, musim, lingkungan yang berbeda. Di daerah rantau dia mulai bias memasak, hidup mandiri, memperkenalkan budaya Tanah Air pada masyarakat AS dan dia merasakan Idul Fitri dengan kawan – kawannya disana. Semua pengalaman itu membekas dan tak terlupakan. Sebuah quotes yang sangat menggugah pembaca “Mimpi tanpa target, hanya akan berakhir di angan – angan. Niat dan usaha akan menyetir arah mimpi tersebut”
“Melangkah Hingga Lelah” oleh Tussie Ayu Riekasapti menceritakan dirinya dan suaminya yang menunggu pengumuman beasiswa ke Inggris. Hal tersebut terwujud, suaminya melanjutkan S-2 di Inggris dan dia bersama anaknya juga ikut tinggal bersama. Kehidupan di Inggris menguras semangatnya mulai dari susah memasak, mengurus anak, hingga jarak swalayan yang jauh. Namun semua itu terbayar saat mereka menyempatkan untuk berwisata mulai dari menonton pertandingan Liverpool dan Bayer Leverkusen, menjelajahi masa The Beattles, ke Desa Anwick sekolah Harry Potter yaitu Hogwarts, ditutup dengan tempat berseminya cinta Pangeran William dan Kate Middleton.
“Kembang Kehidupan dari Umi” Oleh Ummu Marzudhy menceritakan dirinya yang kecewa karena tidak bias melanjutkan sekolah akibat tak mampu. Dia memutuskan untuk menjadi BMI di Hong Kong. Saat dia di Hong Kong dia bekerja dengan majikan yang kurang menyenangkan, namun dia tetap bersabar dan tegar. Keringatnya membuahkan hasil berupa rumah di kampungnya dan menyekolahkan tinggi adiknya. Hingga suatu hari dia dipanggil pulang oleh sang ibu untuk menikah. Seusai menikah dia kembali ke Hong Kong dan melanjutkan pekerjaannya. Disamping itu dia juga tetap mengejar cita – cita, dia mengikuti sekolah kesetaraan paket C atau setingkat SMA. Tak hanya itu dia juga menekuni taekwondo dan ingin menambah medali dari tiga medali yang telah diraihnya
“Berbakti, Harga Mati” Oleh Awiek Libra menceritakan kisah dirinya yang kecewa karenaakan mempunyai adik kelima dengan keadaan ekonomi minim keluarganya. Dia memutuskan menjadi BMI di Hong Kong sebagai pelampiasan kekecewaannya. Di Hong Kong dia sangat sedih dengan kesulitan berbahasa dan sang majikan yang kejam. Saat dia memutuskan untuk pulang ternyata sang ibu telah wafat yang membuatnya sangat menyesal dan merasa bersalah. Akhirnya dia sadar dan meminta maaf pada ayahnya terutama pada kelima adiknya. Dia memutuskan kembali ke Hong Kong ingin membiayai keluarnya dengan tulus.
“Biskuit Italia” Oleh Isyana Fadila menceritakan dirinya dengan mimpi masa kecilnya. Sebelumnya dia bekerja di perusahaan biscuit yang mapan dan dipercaya berkontribusi di salah satu brand biskuti untuk memperluas pasar. Dia mendapat emai bahwa dia dapat beasiswa S-2 ke Italia. Perjalanan mimpi masa kecilnya masih panjang dan akan dipertanggung jawabkan dengan ucapan Bismillah.
“Gyakuten Manrui Home Run” Oleh Izmi Aufaa menceritakan dirinya yang ingin kuliah di universitas terkenal di Jepang, namun diremehkan oleh senseinya (guru). Ternyata tidak direstuinya tersebut dia benar tiga kali gagal tes. Dia mendapat semangat dari kisah perang Uhud bahwa manusia harus berusaha dengan sungguh – sungguh sehingga Tuhan akan merestuinya. Pada tes terakhir yang ditaruhkan untuk universitas terbaik senseinya memberikan semangat dan memperingatkan bahwa ini taruhan besar, karena jika gagal maka dia tak mendapat universitas. Saat pengumuman ternyata dia lolos dan langsung bersyukur serta mengucapkan terima kasih kepada senseinya karena telah menyemangatinya. Tuhan memang Maha Adil.
“Asa yang Terpatri” Oleh Emma Vey menceritakan dirinya yang menjadi BMI di Hong Kong yang bekerja pada majikan yang baik, namun neneknya tak menyukainya karena dia tak bisa berbahasa bahasa di sana. Hati sang nenek luluh ketika dia belari mati – matian menyelamatkan sang nenek agar selamat dari badai. Dia berusaha les bahasa dan belajar masakan khas di sana. Dengan kesabaran dan kegigihannya dapat meluluhkan dan bersahabat dengan nenek. Suatu kebahagiaan saat dia mengikuti lomba memasak dan mendapat juara pertama. Kebahagiaan itu dia curahkan pada keluarga majikannya yang sudah seperti keluarga sendiri.
Kekurangan pada buku ini seakan – akan karya A. Fuadi dimana penulis terkenal. Ternyata setelah membaca buku ini A. Fuadi hanya memberikan pengantar cerita untuk mengajak merantau bukan menulis cerita. Walaupun demikian, kumpulan cerpen dari para penulis tersebut tidak kalah hebat dan menyentuh. Cerita – cerita yang terdapat klimaks sehingga menggugah hati pembaca.
Banyak sekali manfaat membaca buku ini yang memberi pesan untuk menghadapi tantangan hidup terutama di perantauan. Berbagai cerita dengan pesan membangun bagi yang ingin merantau dan perantau. Sehingga sangat cocok dibaca untuk segala umur yang memotivasi diri untuk bersemangat. Selamat membaca!












                                                SMP NEGERI 2 JEMBER TAHUN AJARAN 2014/2015

Sabtu, 25 Oktober 2014

ULTAH BU RIANI {}

Hai... kelas 9E ini punya guru yang sangat sabar dan penyayang yang ultah tgl 15 Agustus.
hehehe inilah dan  keseruan kita. love kalian {}

Minggu, 28 September 2014